Senin, 15 Juli 2019

Sekularisme

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Setiap agama mempunyai karakteristik ajaran yang membedakan dari agama-agama lain. Agama yang dapat menyelamatkan dunia yang terpecah-pecah dalam berbagai bagian. Perpecahan yang dengan berbagai krisis yang belum diketahui bagaimana cara mengatasinya. Tidak mudah membahas karakteristik ajaran islam, karena ruang lingkupnya sangat luas. Untuk mengkaji secara rinci karakteristik ajaran islam perlu ditelusuri, mulai dari risalah Allah terakhir dan menjadi agama yang di ridhoi Allah untuk dunia dan seluruh umat manusia sampai datangnya hari kiamat.
Karakteristik yang dimiliki islam yakni, karakteristik ilmu dan kebudayaan, pendidikan, sosial, ekonomi, kesehatan, politik, dan bebagai macam ilmu khusus. Karakteristik ini banyak terdapat di sumber-sumber ajaran Al-Quran dan Hadis. Kedua sumber ini telah menjaadi pedoman hidup bagi setiap umat islam. Karakteristik selanjutnya dapat dikenal melalui konsepsi dalam bidang ibadah sebagai upaya mendekatkan diri kepada Allah dan mentaati segala perintahnya dan menjauhi segala larangannya dan mengamalkan segala yang di izinkan-Nya.
Diketahui bahwa islam sebagai agama yang memiliki banyak dimensi, yaitu keimanan, akal, pikiran, ekonomi, ilmu pengetahuan alam dan teknologi, sampai pada kehidupan rumah tangga dan masih banyak lagi. Dari berbagai sumber kepustakaan teentang islam ditulis para tokkoh dapat diketahui bahwa islam memiliki karakteristik yang khas yang dapat dikenal melalui konsepsinya melalui berbagai bidang yang salah satunya adalah ekonomi. Selain itu kenyataannya menunjukkan bahwa islam sebuah agama yang dilihat dari sisi mana saja, dan setiap sisinya itu akan memancarkan cahaya yang terang.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan pembahasan latar belakang di atas, dapat diberikan rumusan masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana menjaga keseimbangan antara dunia dan akhirat?
2. Bagaimana menolak kehidupan yang bercorak serkularisme?
3. Baldatun Thoyyibatun wa Rabbun Ghofur?


BAB II
PEMBAHASAN
A. Menjaga Keseimbangan Dunia dan Akhirat
Makhluk yang Allah ciptakan didunia ini berpasang-pasangan ada siang ada malam, ada bumi ada langit, ada matahari ada bula, ada insan laki-laki dan ada perempuan supaya mereka saling kenal mengenal, saling menyayangi, mencintai, tolong menolong, memberi manfaat untuk mencari keridhoan Allah SWT. Agar keseimbangan kehidupan seorang insan tercapai dunia dan akhirat.
Kehadiran kita di dunia ini jangan sampai menjadi beban orang lain. Maksudnya janganlah memberatkan dan menyulitkan orang lain. Dalam hubungan ini umat islam tidak boleh bermalas-malasan apalagi malas bekerja untuk mencari nafkah, sehingga mengharapkan belas kasihan orang lain untuk menutupi keperluan sehari-hari. Dalam surat Al-Qashash ayat 77, Allah mengingatkan:

Artinya: “Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu kebahagiaan negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan  bahagianmu dari kenikmatan duniawi dan berbuat baiklah kepada orang lain sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di muka bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan.
Disini sudah terlihat jelas bahwa yang harus kita kejar adalah kebahagiaan di akhirat. Mengapa? Karena disanalah kehidupan abadi. Tidak ada mati lagi  setelah itu. Lalu, apa arti kita hidup di dunia? Dunia tempat kita mempersiapkan diri untuk akhirat. Sebagai tempat persiapan, dunia pasti akan kita tinggalkan. Ibarat terminal, kita transit didalamnya sejenak, sampai aktu yang ditentukan, setelah itu kita tinggalkan dan melanjutkan perjalanan lagi. Bila demikian tabiat dunia, mengapa kita terlalu banyak menyita hidup untuk keperluan dunia? Diakui atau tidak dari 24 jam jatah usia kita dalam sehari, bisa dikatakan hanya beberapa persen saja yang kita gunakan untuk persiapan akhirat. Selebihnya bisa dipastikann terkuras habis oleh kegiatan yang berputar-putar dalam urusan dunia. Apa saja yang harus kita lakukan untuk persiapan akhirat:
1. Kerja keras
Kerja keras adalah melaksanakan suatu pekerjaan dengan gigih tanpa mengenal lelah sesuai dengan kemampuannya sehingga mendapatkan hasil yang maksimal.
2. Tekun
Tekun adalah rajin dalam melaksanakan suatu pekerjaan sehingga akan mendapatkan hasil yang memuaskan.
3. Ulet
Ulet yaitu berusaha dengan berbagai cara yang positif sehingga usahanya berhasil dengan memuaskan. Orang yang ulet dalam berusaha tidak akan berputus asa kalau usahanya belum berhasil, dan orang itu akan berusaha mencari jalan lain agar usahanya berhasil.
4. Teliti
Teliti adalah perilaku cermat dan hati-hati dalam suatu tindakan atau pekerjaan. Sesuatu yang dilakukan dengan teliti akan menghasilkan yang lebih baik dibanding dengan tergesa-gesa.

B. Menolak Kehidupan yang Bercorak Sekularistik
Sekularisme adalah sebuah ideologi yang menyatakan bahwa sebuah institusi atau badan negara harus berdiri terpisah dari agama atau kepercayaan. Sekularisme dapat menunjang kebebasan beragama dan kebebasan dari pemaksaan kepercayaan dengan menyediakan rangka yang netral dalam masalah kepercayaan serta tidak menganakemaskan sebuah agama tertentu. Sekularisme juga merujuk kepada anggapan bahwa aktivitas dan penentuan manusia terutama yang politis, harus didasarkan pada apa yang dianggap sebagai bukti konkret dan fakta, bukan berdasarkan pengaruh keagamaan.
Dalam kajian keagamaan, masyarakat dunia barat pada umumnya dianggap sebagai sekuler. Hal ini dikarenakan kebebasan beragama yang hampir penuh sanksi legal atau sosial, dan juga karena kepercayaan umum bahwa agama tidak dapat menentukan keputusan politis. Tentuu saja pandangan moral yang muncul dari tradisi keagamaan tetap penting didalam sebagian negara.
 Mengapa Islam menolak sekularisme? Hal ini disebabkan, sejatinya ajaran islam adalah ajaran dengan penuh kesempurnaan, ajaran yang tentunya sudah ada syariat yang mengiringi setiap aktivitas seorang hamba Allah Ta`ala. Sehingga, ketika telah ada ajaran yang lengkap dan ajaran tersebut merupakan ajaran yang turun dari sisi Allah, wajib bagi setiap muslim untuk menerimanya. Apabila ia belum mampu untuk melaksanakannya maka ia menahan diri untuk tidak mengejek, mencela, ataupun meremehkan ajaran yang dibawa oleh Rasulullah.
Mereka yang meyakini sekularisme sebagai jalan hidup adalah orang-orang yang merugi, sebab mereka menjalani kehidupan yang jauh dari Allah. Islam adalah solusi didalamnya berisi aturan dan tata keidupan yang damai. 

C. Baldatun Toyyibatun wa Robbun Ghofur
Baldatun Toyyibatun wa Robbun Ghofur dapat didefinisikan sebuah Negara yang baik, kehidupan masyarakatnya juga baik. Kebutuhan hidupnya juga terpenuhi. Keamanannya juga terjaga. Masyarakatnya juga jauh dari sikap permusuhan dan saling membenci. Mereka justru toleran dan saling memaafkan. Dengan itu ampunan Allah sang Maha Pengampun turun kepada mereka. Banyak kalangan merasa prihatin melihat kenyataan Indonesia saat ini. Negeri ini berlimpah sumberdaya alamnya, namun tidak dapat menjamin kemakmuran penduduknya. Pasalnya, sebagian besar kekayaan itu justru diserahkan kepada pihak asing. Warga pun tidak mudah untuk memenuhi kebutuhan pokok, pelayanan kesehatan yang memadai, juga jaminan kenyamanan. 
Disisi lain jumlah musimnya mayoritas, tetapi keislaman mereka justru kurang tampak dalam kehidupan. Bahkan aturan islam tidak hadir mengatur urusan masyarakat. Namun demikian, selalu munculharapan agar suatu ketika negeri ini menjadi negeri yang lebih baik lagi. Frasa Baldatun Toyyibatun wa Robbun Ghofur ada dalam firman Allah SWT dalam Al-Quran surat Saba` (34):15.

Artinya: Sungguh bagi kaum Saba` ada tanda (kekuasaan Tuhan) di tempat kediaman mereka yaitu dua buah kebun disebelah kanan dan sebelah kiri. (kepada mereka dikatakan), “makanlah oleh kalian dari rezeki yang di anugerahkan Tuhan kalian dan bersyukurlah kalian kepada-Nya. (Negeri kalian) adalah negeri yang baik dan (Tuhan kalian) adalah Tuhan yang Maha Pengampun.
Imam Ibnu Katsir menafsirkan ayat ini, menyatakan: “Saba” adalah sebutan raja-raja Negeri Yaman dan penduduknya. Dulu mereka berada dalam kenikmatan dan kebahagiaan yang mengisi negeri mereka, serta tanam-tanaman dan buah-buahan mereka. Allah SWT lalu mengutus kepada mereka agar bersyukur kepada mereka agar bersyukur kepadanya dengan mentauhidkan-Nya dan beribadah kepada-Nya. Keadaan mereka yang baik itu terus berlangsung hinggayang masa Allah kehendaki. Lalu mereka berpaling dari apa yang diserukan kepada mereka. Akibatnya, mereka dihukum dengan datangnya banjir bandang dan terpencar mereka di banyak negeri.
Sayang, kejayaan dan kemakmuran Negeri Saba` berakhir saat mereka berpaling dari peringatan Allah SWT dengan meninggalkan ketaatan kepada-Nya. Lalu Allah menimpakan azab keras yang memprogandakan keaadaan yang semula baik itu. Akibatnya Negeri Saba` yang awalnya subur makmur, pasca bencana banjir besar itu tidak lagi menghasilkan tanaman-tanaman yang dapat menghidupi mereka. Allah SWT mengganti tanaman-tanaman di negeri itu dengan tanaman yang buahnya pahit sehingga hal itu meruntuhkan kejayaan Negeri Saba`.
Untuk mewujudkan Baldatun Toyyibatun wa Robbun Ghofur kita dapat mengambil hikmah dari kaum Saba` yaitu:
1. Kemakmuran dan kejayaan suatu kaum semata-mata adalah karunia Allah SWT. Hal itu dapat diraih dengan cara mentauhidkan Allah SWT, mengimani dan mengikuti ajaran Rasul-Nya serta menerapkan Syariah-Nya.
2. Agar sebuah negeri bisa mendapatkan “wa Robbun Ghofur” adalah selalu bersegera kembali kejalan Allah dengan menjaga tauhid.



BAB III
PENUTUP
Kehadiran kita di dunia ini jangan sampai menjadi beban orang lain. Maksudnya janganlah memberatkan dan menyulitkan orang lain. Dalam hubungan ini umat islam tidak boleh bermalas-malasan apalagi malas bekerja untuk mencari nafkah, sehingga mengharapkan belas kasihan orang lain untuk menutupi keperluan sehari-hari. Hal yang harus kita lakukan untuk persiapan akhirat adalah kerja keras, tekun, ulet, dan teliti.
Mengapa Islam menolak sekularisme? Hal ini disebabkan, sejatinya ajaran islam adalah ajaran dengan penuh kesempurnaan, ajaran yang tentunya sudah ada syariat yang mengiringi setiap aktivitas seorang hamba Allah Ta`ala. Sehingga, ketika telah ada ajaran yang lengkap dan ajaran tersebut merupakan ajaran yang turun dari sisi Allah, wajib bagi setiap muslim untuk menerimanya. Apabila ia belum mampu untuk melaksanakannya maka ia menahan diri untuk tidak mengejek, mencela, ataupun meremehkan ajaran yang dibawa oleh Rasulullah.
Baldatun Toyyibatun wa Robbun Ghofur dapat didefinisikan sebuah Negara yang baik, kehidupan masyarakatnya juga baik. Kebutuhan hidupnya juga terpenuhi. Keamanannya juga terjaga. Masyarakatnya juga jauh dari sikap permusuhan dan saling membenci. Mereka justru toleran dan saling memaafkan.



DAFTAR PUSTAKA
Katsir, Ibnu. Tafsirul Quranil Adzim as-saba`. Maktabah Syamilah.
Kurnia, Ryan. Sekularisme dan Kehidupan Beragama, dalam https://www.kompasiana.com, diakses pada tanggal 10 April 2019 pukul 18.00 WIB.
Nata, Abuddin. Tokoh-Tokoh Pembaruan Islam di Indonesia. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2005.
Nurdin,Ali. Qur`anic Society. Jakarta: Erlangga, 2006.
Pagi, Pergi. Mengapa Menolak Sekularisme?, dalam https://pergipagi.wordpress.com, diakses pada tanggal 10 April 2019 pukul 19.00 WIB.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar