Rabu, 03 Juli 2019

Makalah Tentang Partai PKB Dan PAN

BAB I
PENDAHULUAN
Sejarah mencatat bahwa perjalanan bangsa Indonesia tidak terlepas dari peran umat Islam. Ketika masa penjajahan kolonial Belanda, umat Islam Indonesia diwakili para ulama, kyai, santri dan rakyat dengan gigihnya berusaha mempertahankan akidah dan melawan penindasan serta ketidakadilan yang mereka terima dari para penjajah. Hal ini yang kemudian memunculkan pemberontakan dan pergolakan di berbagai daerah Indonesia seperti perang Jawa, perang Padri di Sumatera Barat, dan perang Aceh. Serta memunculkan juga beberapa pergerakan dan organisasi masyarakat, Nahdlatul Ulama dan Muhammadiyah yang kemudian berkembang menjadi organisasi yang berpengaruh dan memiliki pengikut yang banyak.
Salah satu isu yang menarik dalam perkembangan Islam di Indonesia di masa modern adalah kembali berkiprahnya partai-partai Islam dalam pemilihan umum, termasuk Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) yang konstituennya adalah warga NU dan Partai Amanat Nasional (PAN) yang kostituennya warga Muhammadiyah. Fenomena munculnya kembali partai-partai politik Islam ini sangat menarik, sebab hampir selama masa rezim orde baru, praktek politik Islam sangat didominasi oleh pendekatan refresif. Sepanjang periode, rezim orde baru memberikan pengawasan ketat terhadap pergerakan dan partai politik Islam.
Kehadiran mereka di kancah perpolitikan nasional ternyata tidak hanya menjadi penggembira saja, tetapi justru menjadi pendulang suara rakyat yang patut diperhitungkan. Selanjutnya pada era reformasi, partai polotik Islam pada pemilu mengalami kemunduran karena keputusan pemerintah untuk merampingkan partai politik dengan tujuan meminimalisir konflik di parlemen. Dari sini dapat diketahui bahwa jumlah partai Islam dari pemilu ke pemilu semakin berkurang.
Dari latar belakang diatas, maka penulis akan mengkaji mengenai organisasi politik dengan rumusan masalah: 1) Partai Kebangkitan Bangsa, 2) Partai Amanat Nasional.


BAB II
PEMBAHASAN

A. Partai Kebangkitan Bangsa
1. Pendiri dan Tokoh
Awal mula terbentuk Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) adalah pada tanggal 3 Juni 1998, Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) membentuk Tim Lima yang ditugaskan untuk memenuhi dan merespon aspirasi warga NU yang menginginkan adanya partai untuk menampung aspirasi warga nahdliyyin. Tim Lima tersebut adalah KH. Ma’ruf Amin sebagai ketua Tim Lima dengan anggota KH. Dawam Anwar (Khatib Aam PBNU), Dr. H. Agil Sirajd, MA (Wakil Katib PBNU), H.M. Rodhi Munir (Ketua PBNU), dan H. Ahmad Bagja (Sekjen PBNU).  PBNU juga membuat Tim Asisten, yang diketuai oleh Drs. Junaidi MBA (wakil sekjen PBNU), dengan anggota H. Muchidin Aburusman, H.M. Fachri Thoha Ma’ruf, Drs. H. Abdul Aziz, Drs. H. Andi Muarli Sunrawa, H.M. Nasihin Hasan, H. Lukman Saifuddin Zuhri, Drs. Said Amin Husni, dan Drs. Muhaimin Iskandar, yang bertugas untuk membantu dan mempercepat kerja Tim Lima.
Setelah Tim Lima dan Tim Asisten mengadakan rapat dan pertemuan akhirnya dapat menyelesaikan tugasnya, dan menyerahkan hasil akhir rancangan pembentukan partai politik tersebut. Partai politik itu kemudian diberi nama Partai Kebangkitan Bangsa yang bergambar jagad nusantara Indonesia dan dikelilingi bintang sembilan sebagai lambang khas NU.  Nama partai kemudian dideklarasikan pada tanggal 23 Juli 1998 di kediaman KH. Abdurrahman Wahid, Ciganjur, Jakarta Selatan. KH. Abdurrahman Wahid atau Gus Dur menjelaskan pada acara deklarasi PKB 1998 bahwa kata “kebangkitan” jelas diambilkan dari bahasa arab “nahdlah”, sedangkan penggunaan kata “bangsa” menjadi pilihan dari kata “ummat”.
Sebagai partai yang lahir dari Rahim NU baik secara struktural maupum kultural, PKB mewarisi Nahdlatu Ulama. Secara struktural, dalam oragnisasi PKB terdapat dua institusi, yakni Dewan Syuro sebagai institusi penentu kebijakan umum dan Dewan Tanfidz sebagai pelaksana kebijakan partai. Hal ini sama sebagaimana yang ada di NU, yakni Lembaga Syuriyah dan Tanfiziyah.
Tujuan politik Partai Kebangkitan Bangsa adalah keadilan. Jika negara yang dibangun berlandaskan keadilan, dapat diandaikan bahwa semua warga akan bekerja dan dapat melaksanakan fungsinya dengan baik. Dalam kerangka perjuangan panjang yang dilalui PKB, PKB menunjukkan eksistesinya dengan tampilnya KH. Abdurrahman Wahid sebagai salah satu kader terbaik PKB sekaligus Presiden Republik Indonesia.   
2. Visi, Misi, dan Program
Visi Partai Kebangkitan Bangsa
a. Mewujudkan cita-cita kemerdekaan Republik Indonesia sebagaimana dituangkan dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945.
b. Mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur secara lahir dan batin, material dan spiritual.
c. Mewujudkan tatanan politik nasional yang demokratis, terbuka, bersih dan berakhlakul karimah.
Misi Partai Kebangkitan Bangsa
a. Bidang Ekonomi: menegakkan dan mengembangkan kehidupan ekonomi kerakyatan yang adil dan demokratis.
b. Bidang Hukum: berusaha menegakkan dan mengembangkan negara hukum yang beradab, mampu mengayomi seluruh rakyat, menunjang tinggi hak-hak asasi manusia, dan berkeadilan sosial.
c. Bidang Sosial Budaya: berusaha membangun budaya yang maju dan modern dengan tetap memelihara jati diri bangsa yang baik demi meningkatkan harkat dan martabat bangsa.
d. Bidang Pendidikan: berusaha meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia yang berakhlak mulia, mandiri, terampil, profesional dan kritis terhadap lingkungan sosial sekitarnya, mengusahakan terwujudnya sistem pendidikan nasional yang berorientasi kerakyatan, murah dan berkesinambungan.
e. Bidang Pertahanan: membangun kesadaran setiap warga negara terhadap kewajiban untuk turut serta dalam usaha pertahanan negara, mendorong terwujudnya swabela masyarakat terhadap perlakuan-perlakuan yang menimbulkan rasa tidak aman, baik yang datang dari pribadi-pribadi maupun institusi tertentu dalam masyarakat.
Sejak pendiriannya, PKB sudah mengikuti beberapa pemilu, diantaranya pemilu 1999, pemilu 2004, pemilu 2009, dan pemilu 2014. Pada pemilu 1999, PKB berhasil masuk tiga besar dibawah Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P) dan Partai Golkar dengan perolehan suara 12,6% suara. Pemilu berikutnya, PKB masih cukup diperhitungkan sebagai partai baru dengan perolehan sekitar 10,5% suara. Namun memasuki pemilu 2009, PKB mulai mengalami perpecahan di dalam tubuh partai. Hal ini disebabkan oleh perpecahan pada Muktamar 2005. Saat itu PKB terpecah menjadi 2 kubu yaitu kubu Muhaimin Iskandar dan Kubu Gus Dur yang diwakili oleh Yenny Wahid. Inilah menjadi faktor utama kemerosotan suara PKB di pemilu 2009 dengan perolehan 4,9% suara.
B. Partai Amanat Nasional
1. Pendiri dan Tokoh
Partai Amanat Nasional (PAN) adalah salah satu partai yang lahir pasca reformasi politik. Partai ini bersifat terbuka yang bisa menampung semua unsur warga negara, mempunyai pengikut dan didukung oleh berbagai lapisan masyarakat, terutama umat Islam, warga Muhammadiyah dan simpatinya. Partai Amanat Nasional (PAN) yang dideklarasasikan di Jakarta pada 23 Agustus 1998 oleh 50 tokoh nasional, di antaranya Prof. Dr. H. Amien Rais, mantan Ketua umum Muhammadiyah, Goenawan Mohammad, Abdillah Toha, Dr. Rizal Ramli, Dr. Albert Hasibuan, Toety Heraty, Prof. Dr. Emil Salim, Drs. Faisal Basri, A.M. Fatwa, Zoemrotin, Alvin Lie Ling Piao dan lainnya. 
Politik begitu dekat dengan kelompok kepentingan, bisa dilihat bagaimana warga Muhammadiyah menyikapi PAN ini. Sekalipun tak ada hubungan organisasi antara Partai Amanat Nasional (PAN) dan Muhammadiyah, sangat susah memisahkan Amien Rais sebagai ketua umum Dewan Pimpinan Pusat (DPP) PAN dan juga beliau yang mantan Ketua Umum Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah. Hal tersebut mengindikasikan, kuatnya personaliti Amien Rais. Sehingga kekuatan itu merembes dalam alam  bawah sadar, yang pada akhirnya susah untuk dipisahkan bahwa PAN adalah Muhammadiyah dan Muhammadiyah adalah PAN.  Sehingga Partai Amanat Nasional (PAN) notabennya bercirikan warga Muhammadiyah.
Namun pengandaian PAN adalah Muhammadiyah dan Muhammadiyah adalah PAN tidak berjalan seimbang. Setidaknya ternyata, tidak semua warga Muhammadiyah adalah PAN. Kebesaran Muhammadiyah sebagai organisasi sosial, telah tidak menabukan warganya untuk menjadi simpatisan PAN (Partai Amanat Nasional), PPP (Partai Persatuan Pembangunan) dan Golkar (Partai Golongan Karya) serta bahkan partai-partai politik lainnya.
PAN berdiri dengan tujuan untuk menjunjung tinggi dan menegakkan keadaulatan rakyat, keadilan, kemajemukan material dan spiritual. Dalam upaya menjangkau masa depan, PAN berdiri diatas landasan ideologis amanah dan nasionalitas untuk mampu memberikan respon cerdas dan bertanggung jawab terhadap persoalan-persoalan bangsa serta dapat memberikan kontribusi bagi terciptanya kehidupan politik yang demokratis di Indonesia.
2. Visi, Misi, dan Program
Visi PAN adalah “Terwujudnya PAN sebagai partai politik terdepan dalam mewujudkan masyarakat madani yang adil dan makmur, pemerintah yang baik dan bersih di dalam negara Indonesia yang demokrat dan berdaulat, serta diridhoi Allah SWT Yang Maha Esa”.
Selanjutnya untuk mewujudkan visi tersebut guna memberikan arah dan tujuan yang ingin dicapai, memberikan fokus terhadap program yang akan dilaksanakan maupun untuk menumbuhkan partisipasi semua pihak, maka ditetapkan misi sebagai berikut:
1. Memenangkan PAN dalam setiap pemilihan umum.
2. Mewujudkan kader yang berkesadaran spiritual, sosial politik yang tinggi, cerdas, ikhlas, pluralis, tangguh, professional, mandiri, progresif, inovatif, dan konsisten.
3. Mewujudkan PAN sebagai partai yang dekat dan membela rakyat.
4. Membangun organisasi PAN yang modern berdasarkan sistem, manajemen, dan budaya organisasi yang kuat dan mengakar.
5. Mewujudkan masyarakat Indonesia baru yang demokratis, berkeadilan sosial, makmur, damai, cerdas, mandiri dan partisipatif.
6. Mewujudkan tata pemerintahan Indonesia yang baik dan bersih, yang melindungi segenap bangsa Indonesia dan tumpah darah Indonesia dan memajukan kesejahteraan umum, serta mecerdaskan kehidupan bangsa.
PAN sejak mengikuti pemilu 1999 sampai pemilu 2009 cenderung mengalami fluktuasi suara. Pada pemilu 1999, PAN memperoleh 7,12% suara dan pemilu 2004 memperoleh 6,44%. Pan justru mengalami penurunan di pemilu 2009 dengan memperoleh 6,01% suara.
Partai Amanat Nasional berpendirian bahwa tujuan pembangunan nasional hanya bisa terwujud dengan ditegakkannya persaingan yang sehat. Untuk itu mekanisme pasar harus diimbangi dengan penegakkan pemerintah bersih dan efektif untuk memungkinkan terciptanya keserasian antara kepentingan perseorangan dan kepentingan masyarakat. Peran pemerintah lebih ditekankan pada penciptaan jarring-jaring pengaman dan kebijakan menyertakan peluang diantara berbagai pelaku eknomi dengan memperhatikan asas keadilan.
Partai Amanat Nasional memprioritaskan agenda pembanguna yang mengangkat penduduk dari lembah kemiskinan, memerangi pengangguran dan korupsi, serta memperluas kesempatan kerja. Penanganan yang bersifat segera diupayakan untuk menguatkan sendi-sendi eknomi yang menjamin pembangunan yang berkelanjutan. 



BAB III
PENUTUP

1. Partai Kebangkitan Bangsa
Awal mula terbentuk Partai Kebangkitan Bagsa (PKB) adalah pada tanggal 3 Juni 1998, Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) membentuk Tim Lima yang ditugaskan untuk memenuhi dan merespon aspirasi warga NU yang menginginkan adanya partai untuk menampung aspirasi warga nahdliyyin. Tim Lima tersebut adalah KH. Ma’ruf Amin sebagai ketua Tim Lima dengan anggota KH. Dawam Anwar, Dr. H. Agil Sirajd, H.M. Rodhi Munir, dan H. Ahmad Bagja. PBNU juga membuat Tim Asisten, yang diketuai oleh Drs. Junaidi, dengan anggota H. Muchidin Aburusman, H.M. Fachri Thoha Ma’ruf, Drs. H. Abdul Aziz, Drs. H. Andi Muarli Sunrawa, H.M. Nasihin Hasan, H. Lukman Saifuddin Zuhri, Drs. Said Amin Husni, dan Drs. Muhaimin Iskandar.
2. Partai Amanat Naional
Partai Amanat Nasional (PAN) adalah salah satu partai yang lahir pasca reformasi politik. Partai ini bersifat terbuka yang bisa menampung semua unsur warga negara, mempunyai pengikut dan didukung oleh berbagai lapisan masyarakat, terutama umat Islam, warga Muhammadiyah dan simpatinya. Partai Amanat Nasional (PAN) yang dideklarasasikan di Jakarta pada 23 Agustus 1998 oleh 50 tokoh nasional, di antaranya Prof. Dr. H. Amien Rais, mantan Ketua umum Muhammadiyah, Goenawan Mohammad, Abdillah Toha, Dr. Rizal Ramli, Dr. Albert Hasibuan, Toety Heraty, Prof. Dr. Emil Salim, Drs. Faisal Basri, A.M. Fatwa, Zoemrotin, Alvin Lie Ling Piao dan lainnya.



DAFTAR PUSTAKA
Salim, Hairu. 1999. Tujuh Mesin Pendulang Suara. Yogyakarta: LKiS.
Daman, Rozikin, 2001. Membidik NU: Dilema Percaturan Politik NU Pasca Khittah. Yogyakarta: Gama Media.
Azis, Abdul. 2006. Politik Islam: Pergaulan Ideologi PPP menjadi Partai Islam. Yogyakarta: Tiara Wacana.
Eristyawan, Pelembagaan Partai Kebangkitan Bangsa Studi Kasus Kemerosotan Suara pada Pemilihan Umum Tahun 2009 di Jawa Timur.
Wirman, Syafri dan Nasri, Imron. 2003. Merangkai Sejarah Menatap Masa Depan (Refleksi Kelahiran Partai Amanat Nasional). Yogyakarta: Suara Muhammadiyah.
Pora, Rasid. 2014. Tesis Ilmu Pemerintahan: “Konflik Elit Dalam Kontestasi Kekuasaan Internal Partai Politik”. Yogyakarta: Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.
Limbung, Jekson. 2009. Skripsi Ilmu Politik: “Sosialisasi Politik DPD Partai Amanat Nasional (DPD PAN)”. Sumatera Utara: Universitas Sumatera Utara.
http://m.pkb.id

Tidak ada komentar:

Posting Komentar