Jumat, 05 Juli 2019

Makalah Tentang Pendidikan Islam

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dari segi bahasa Islam berasal dari kata Salima yang mengandung arti selamat, sentosa, dan damai. Dari kata salima selanjutnya diubah menjadi bentuk Aslama yang berarti berserah diri masuk dalam kedamaian. Pengertian Islam secara istilah mengacu kepada agama yang bersumber pada wahyu yang datang dari Allah SWT. Bukan berasal dari manusia, dan bukan pula berasal dari Nabi Muhammad SAW. Posisi nabi dalam agama Islam diakui sebagi yang ditugasi oleh Allah SWT untuk menyebarkan ajaran Islam tersebut kepada umat manusia.
Pendidikan Islam telah berlangsung sejak zaman Nabi Muhammad Saw. Hal itu dikarenakan adanya tuntutan ajaran Islam agar seluruh umat Muslim menjadi manusia yang beriman, berilmu pengetahuan, dan beramal saleh. Dengan adanya pendidikan Islam, umat Islam berusaha dididik secara fisik dan mental sesuai dengan ajaran Islamagar menjadi pribadi yang tangguh, berilmu pengetahuan, beriman, dan bertakwa serta dapat menjadi tumpuan atau dapat menjadi tumpuan dan dapat diharapkan bagi maa depan umat Islam. Dengan demikian, pendidikan Islam bertugas pokok membentuk kepribadian Islam dalam diri manusia selaku makhluk individu dan sosial.
Para ilmuwan banyak menaruh perhatian terhadap pendidikan Islam yang merupakan salah satu bidang studi Islam. Karena didalam pendidikan Islam terdapat peran yang amat strategis dan berbagai masalah yang membutuhkan penanganan segera dalam rangka meningkatkan sumber daya manusia. Bagi mereka yang akan terjun kedalam. Bagi mereka yang akan terjun ke dalam dunia pendidikan Islam harus memiliki wawasan yang cukup tentang pendidikan Islam dan memiliki kemampuan untuk mengembangkannya sesuai dengan tuntutan zaman.



BAB II
PEMBAHASAN
1. Pengertian Pendidikan Islam
Banyak para pakar pendidikan yang mendefinisikan pendidikan secara berbeda –beda tetapi pada intinya sama antara lain: Ki Hajar  Dewantara, tokoh pendidikan nasional menurutnya pendidikan adalah usaha yang dilakukan dengan penuh keinsyafan yang ditujukan untuk keselamatan dan kebahagian manusia. Pengertian pendidikan dengan lebih terperinci lagi cakupanya dikemukakan oleh Soegarda Porbakacawa. Menurutnya, dalam arti umum pendidikan mencakup segala usaha dan perbuatan dari generasi tua untuk mengalihkan pengalamanya, pengetahuannya, kecakapannya serta ketrampilannya kepada generasi muda untuk melakukan fungsi hidupnya dalam pergaulan bersama sebaik-baiknya.
 Secara formal, pendidikan adalah pengajaran (at-tarbiyah, at-ta’lim). Sebagaimana Muhaimin katakana bahwa pendidikan adalah aktifitas atau upaya yang sadar dan terencana, dirancang untuk membantu seseorang mengembangkan pandangan hidup, sikap hidup, dan ketrampilan hidup, baik yang bersifat manual(petunjuk praktis) maupun mental dan sosial.
Prof. Dr. H. Abuddin Nata, M.A. menyimpulkan bahwa pendidikan adalah merupakan usaha atau proses yang ditujukan untuk membina kualitas sumber daya manusia seutuhnya agar ia dapat melakukan peranya dalam kehidupan secara fungsional dan optimal. Dengan demikian, pendidikan pada intinya menolong manusia agar dapat menunjukan eksistensinya secara funsional di tengah-tengah kehidupan manusia. Pendidikan demikian akan dapat dirasakan manfaatnya bagi manusia.
Setelah membahas Pendidikan selanjutnya akan memaparkan tentang pendidikan Islam. Berikut adalah beberapa pengertian pendidikan Islam secara terminology yang diformulasikan oleh para ahli Pendidikan Islam, diantaranya adalah :
a. Menurut al-Syaibaniy mengemukakan bahwa pendidikan Islam adalah proses mengubah tingkah laku individu peserta didik hidup lebih dinamis dengan berdasarkan nilai-nilai yang tinggi dan kehidupan yang mulia.
b. Ahmad D. Marimba mengemukakan bahwa pendidikan Islam adalah bimbingan atau pimpinan secara sadar oleh pendidik terhadap perkembangan jasmani dan rohani peserta didik menuju terbentuknya kepribadiannya yang utama.
c. Ahmad Tafsir mendefinisikan Pendidikan Islam sebagai bimbingan yang diberikan oleh seseorang agar ia berkembang secara maksimal sesuai dengan ajaran Islam.
2. Aspek-Aspek Pendidikan Islam
Pendidikan Islam sebagaimana pendidikan lainnya memiliki berbagai aspek yang tercakup di dalamnya. Aspek tersebut dapat dilihat dari segi cakupan materi didikannya, filsafatnya, sejarahnya, kelembagaannya, sistemnya, dan dari segi kedudukannya sebagai sebuah ilmu. Dari aspek materi didikannya, pendidikan Islam sekurang-kurangnya mencakup pendidikan fisik, akal, agama (akidah dan syari’ah), akhlak, kejiwaan, rasa keindahan, dan sosial kemasyarakatan.  Berbagai aspek materi yang tercakup dalam pendidikan Islam tersebut dapat dilihat dalam Al-Qur’an dan Al-Sunnah serta pendapat para ulama. Pendapat lain mengatakan bahwa materi pendidikan Islam itu pada prinsipnya ada dua, yaitu materi didikan yang berkenaan dengan masalah keduniaan dan materi didikan yang berkenaan dengan masalah keakhiratan. Hal ini didasarkan pada kandungan ajaran Islam yang mengajarkan kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat.
Dilihat dari segi sejarah atau periodenya, pendidikan Islam mencakup:
1. Peride pembinaan Islam yang berlangsung pada zaman Nabi Muhammad SAW. Masa ini berlangsung sejak Nabi Muhammad SAW menerima wahyu dan menerima pengangkatannya sebagai rasul, sampai dengan lengkap dan sempurnanya ajaran Islam menjadi warisan budaya umat Islam. Masa tersebut berlangsung selama lebih kurang 23 tahun, yaitu Nabi Muhammad SAW menerima wahyu pertama kali, yaitu tanggal 17 bulan Ramadhan di tahun sebelum hijrah, bertepatan dengan 6 Agustus 610 M, sampai dengan wafatnya pada tanggal 12 Rabi’ul Awwal, tahun 11 hijrah, bertepatan dengan 8 Juni 832 M.
2. Periode pertumbuhan pendidikan Islam yang berlangsung sejak zaman Nabi Muhammad wafat sampai masa akhir Bani Umayyah yang diwarnai oleh berkembangnya ilmu-ilmu naqliyah. Pada masa pertumbuhan dan perkembangannya itu, pendidikan Islam mempunyai dua sasaran. Pertama, yaitu generasi muda sebagai generasi penerus dan masyarakat bangsa lain yang belum menerima ajaran Islam; dan kedua, adalah penyampaian ajaran Islam dan usaha internalisasinya dalam masyarakat bangsa yang baru menerimanya yang di dalam Islam lazim disebut sebagai dakwah Islami.
3. Periode kejayaan (puncak perkembangan) pendidikan Islam, yang berlangsung sejak permulaan Daulah Abbasiyah sampai dengan jatuhnya Bagdad, yang diwarnai oleh berkembangnya ilmu akliah dan timbulnya madrasah, serta memuncaknya perkembangan kebudayaan Islam.
4. Periode kemunduran pendidikan Islam, yaitu sejak jatuhnya Bagdad sampai jatuhnya Mesir ke tangan Napoleon, yang ditandai dengan runtuhnya sendi-sendi kebudayaan Islam dan berpindahnya pusat-pusat pengembangan kebudayaan ke dunia Barat.
5. Periode pembaharuan pendidikan Islam yang berlangsung sejak pendudukan Mesir oleh Napoleon sampai masa kini, yang ditandai oleh gejala-gejala kebangkitan kembali umat dan kebudayaan Islam.
Selanjutnya, dilihat dari segi kelembagaannya pendidikan Islam mengenal adanya pendidikan yang dilaksanakan di rumah, mesjid, pesantren, dan madrasah dengan berbagai macam corak dan pendekatannya, lembaga-lembaga pendidikan Islam ini dapat dibagi lagi menurut periodesasinya, yaitu lembaga pendidikan Islam zaman Rasulullah SAW, lembaga pendidikan di zaman Khulafaur Rasyidin, lembaga pendidikan di zaman Umayyah, dan lembaga pendidikan di zaman Abbasiyah dan Andalusia.
Selanjutnya, pendidikan Islam sebagai sebuah sistem adalah suatu kegiatan yang di dalamnya mengandung aspek tujuan, kurikulum, guru (pelaksana pendidikan), metode, pendekatan, sarana prasarana, lingkungan, administrasi, dan sebagainya yang antara satu dan lainnya saling berkaitan dan membentuk suatu sistem yang terpadu. Apabila salah satu aspek pendidikan tersebut berubah, bagian aspek lainnya juga berubah. Misalnya, jika tujuan pendidikan berubah, bagian aspek lainnya juga berubah. Misalnya, jika tujuan pendidikan berubah, kurikulum, guru, metode, pendekatan dan lainnya akan berubah. Dari berbagai aspek pendidikan demikian selanjutnya telah membentuk berbagai disiplin ilmu pendidikan Islam, yaitu ilmu yang membahas berbagai masalah yang berkaitan dengan pendidikan. Dalam hubungan ini dijumpai adanya ilmu yang khusus membahas tujuan pendidikan yang dipadukan dengan fillsafat pendidikan Islam; ilmu yang membahas tentang kurikulum, ilmu yang membahas tentang guru, lingkungan pendidikan, administrasi pendidikan dan sebagainya. Dari keadaan demiikian itulah selanjutnya dibuka Fakultas Tarbiyah pada seluruh Institut Agama Islam Negri (IAIN) yang tersebar di seluruh Indonesia.
3. Model Penelitian Pendidikan Islam
a. Model Penelitian Tentang Problema Guru
Prosedur yang dilakukan dalam penelitian tersebut adalah dengan cara pengumpulan data yang dilakukan oleh bagian Himpunan Pendidikan Nasional. Penelitian melalui survey pendapat umum guru tahun 1968 dikalangan guru-guru sekolah negeri yang dijadikan sampel secara nasional. Dengan demikian, penelitian tersebut dari segi metodenya termasuk penelitian survey, yaitu penelitian yang sepenuh nya didasarkan pada data yang dijumpai di lapangan, tanpa didahului oleh kerangka teori, asumsi atau hipotesis.penelitian tersebut menggunakan data lapangan yang dikumpulkan melalui instrument pengumpulan data, yaitu koesioner yangdisampelnya mewakili tingkat nasionak, dan objek yang diteliti adalah problema yang dihadapi guru.
b. Model Penelitian tentang Lembaga Pendidikan Islam
  Model penelitian yang dilakukan adalah pengamatan (observasi). Dari hasil penelitian tersebut, kita dapat menyimpulkan bahwa sipeneliti bersifat deskriptif. Dengan demikian data-data yang ia dapati dari hasil penelitinya itu terasa memiliki makna dan dapat menjelaskan berbagai keadaan yang sesungguhnya terjadi di dunia pesantren.
c. Model Penelitian Kultur Pendidikan Islam
Penelitian yang mengambil objek kajian tentang Kultur pendidikan Islam khususnya yang ada di pesantren, antara lain dilakukan oleh Mastuhu dan Zamakhsyari Dhofir. Untuk mengenal model penelitian yang dilakukan oleh kedua peneliti ini dapat dikemukakan sebagai berikut.
1) Model Penelitian Mastuhu
Dari segi metodenya, penelitian ini menggunakan pendekatan yang mendasarkan analisisnya pada data dan fakta yang ditemui di lapangan, jadi bukan melalui ide-ide yang ditetapkan sebelumnya. Metode ini dinilai dapat menolong peneliti untuk menjadi warga dari komunitas objek studi dengan tetap menjaga jarak sebagai peneliti dan jasa sosiologi yang menolong penelitian untuk menjadi orang asing dikalangan komunitas sendiri.
Hal ini selain karena adanya kejelasan latar belakang, tujuan, ruang lingkup dan batasan teoritis, juga karena didukung oleh metode dan pendekatan yang jelas pula, yang antara satu bagian dengan bagian lainya menunjukan adanya keterkaitan substansial. Hal ini menunjukan bahwa penelitian wawasan, pengalaman, ketrampilan dan kesungguhan dalam penelitian.
2) Model Penelitian Zamakhsyari Dhofier
Model penelitian Zamakhsyari Dhofier masih di sekitar pesantren, yaitu model penelitianya dilakukan oleh beliau tergolong penelitian lapangan dengan menggunakan metode survey, pengamatan, wawancara, dan studi dokumentasi. Pembahasanya bersifat deskriptif, sedangkan analisisnya menggunakan pendekatan sosiologis. Penelitian ini tampak hamper semodel dengan penelitian Mastuhu. Kedua peneliti tersebut tergolong kaum pembaharu. Mereka berdua kelihatanya ingin mengetahui seberapa jauh tradisi dan nilai-nilai yang diberlakukan di pesantren masih ada yang cocok untuk masyarakat modern saat ini, dan sejauh mana tradisi dan nilai-nilai yang tidak cocok lagi.



BAB III
PENUTUP
1. Pengertian Pendidikan Islam
Secara formal, pendidikan adalah pengajaran (at-tarbiyah, at-ta’lim). Sebagaimana Muhaimin katakana bahwa pendidikan adalah aktifitas atau upaya yang sadar dan terencana, dirancang untuk membantu seseorang mengembangkan pandangan hidup, sikap hidup, dan ketrampilan hidup, baik yang bersifat manual(petunjuk praktis) maupun mental dan sosial. Dengan demikian, pendidikan pada intinya menolong manusia agar dapat menunjukan eksistensinya secara funsional di tengah-tengah kehidupan manusia. Pendidikan demikian akan dapat dirasakan manfaatnya bagi manusia.
2. Aspek-Aspek Pendidikan Islam
Pendidikan Islam sebagaimana pendidikan lainnya memiliki berbagai aspek yang tercakup di dalamnya. Aspek tersebut dapat dilihat dari segi cakupan materi didikannya, filsafatnya, sejarahnya, kelembagaannya, sistemnya, dan dari segi kedudukannya sebagai sebuah ilmu. Dari aspek materi didikannya, pendidikan Islam sekurang-kurangnya mencakup pendidikan fisik, akal, agama (akidah dan syari’ah), akhlak, kejiwaan, rasa keindahan, dan sosial kemasyarakatan.
3. Model Penelitian Pendidikan Islam
a. Model Penelitian Tentang Problema Guru
Prosedur yang dilakukan dalam penelitian tersebut adalah dengan cara pengumpulan data yang dilakukan oleh bagian Himpunan Pendidikan Nasional. Penelitian melalui survey pendapat umum guru tahun 1968 dikalangan guru-guru sekolah negeri yang dijadikan sampel secara nasional.
b. Model Penelitian tentang Lembaga Pendidikan Islam
 Model penelitian yang dilakukan adalah pengamatan (observasi). Dari hasil penelitian tersebut, kita dapat menyimpulkan bahwa sipeneliti bersifat deskriptif.
c. Model Penelitian Kultur Pendidikan Islam
1.) Model Penelitian Mastuhu
Dari segi metodenya, penelitian ini menggunakan pendekatan yang mendasarkan analisisnya pada data dan fakta yang ditemui di lapangan.
2.) Model Penelitian Zamakhsyari Dhofier
Penelitian lapangan dengan menggunakan metode survey, pengamatan, wawancara, dan studi dokumentasi.



DAFTAR PUSTAKA
Basri Hasan.,Filsafat Pendidikan Islam (Bandung:Pustaka Setia,2009)hlm,53.
Nata Abuddin.,Metodologi Studi Islam (Jakarta:PT Raja Grafindo Persada,2010)hlm,338.
Daradjat Zakiyah,Pendidikan Islam dalam Keluarga dan Sekolah (Jakarta:Ruhama,1944)hlm,1.
Zuhairini,dkk.,op.cit.,hlm.13.
Ali A.Mukti, M etode Memahami Agama Islam (Jakarta:Bulan Bintang,1991).
Buchori Sacfuddin Didin, Metodologi Studi Islam (Bogor:Granada Sarana Pustaka,2005).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar