Kamis, 18 Juli 2019

Perbedaan Akhlak, Etika, Moral, Karakter, dan Asusila

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kata dan makna, karakter, akhlak, moral dan etika sering disamakan. Sepintas keempat terminologi ini memiliki makna atau pengertian yang sama. Namun, jika dikaji dari akar (asal-usul), barometer, filosofis, dan penerapan dari keempat terminologi ini bisa dibedakan. Keempat istilah ini cukup menarik untuk dikaji mengingat keempat terminologi ini berbicara tentang baik dan buruk, benar dan salah, atau yang seharusnya dilakukan dan yang seharusnya ditinggalkan. Karakter, akhlak, moral dan etika selalu menghiasi  kehidupan manusia dalam segala aspek kehidupan manusia sehari-hari. Namun, masing masing terminologi ini dapat dibedakan.
Kemudian, dalam membedakan makna dari keempat terminologi ini, ada beberapa pendapat yang mencoba membedakannya mulai dari segi asal kata, filosofi dan penerapannya. Pendapat-pendapat ini memiliki argumen dan dasar yang kuat dan memiliki konsep pendekatan yang cukup komprehensif. Diantara tokoh tersebut seperti Al Mawardi, Abuddin Nata, Althof, Berkowitz, Victor Battistich, Yoke Suryadarma dan Ahmad Hifdzil Haq dan lain-lain. Dalam hal ini Al Mawardi dalam studinya “Etika, Moral dan Akhlak” dan Abuddin Nata dalam karyanya “Akhlak Tasawuf dan Karakkter Mulia,” mencoba menjelaskan perbedaan keempat terminologi ini dari segi rumpun keilmuan atau terkait dengan teori dasar dari masing-masing keempat terminologi tersebut. Selain itu, keduanya juga menggambarkan bagaimana akhlak memiliki posisi tertinggi dari karakter, moral dan etika. 3 Argumen yang dibangun dari kedua tokoh ini, melihat bahwa akhlak memiliki keterkaitan dengan ilmu-ilmu lain, seperti tasawuf, dimana kedua ilmu ini memiliki hubungan yang erat dan saling membutuhkan. Artinya, bahwa makna akhlak mulia bukanlah didasari oleh ucapan dan akal pikiran semata, tetapi melainkan oleh bisikan dan kilauan hati sanubari yang terdalam.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian akhlak, etika, moral, karakter dan susila?
2. Bagaimana persamaan dan perbedaan antara akhlak, etika, moral, karakter dan susila?
3. Bagaimana identifikasai dari perbuatan baik dan perbuatan buruk?

BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Akhlak, Etika, Moral, Karakter dan Susila
1. Pengertian Akhlak
Dalam percakapan sehari-hari, istilah akhlak (Arab:akhlaq) sering disamakan dengan istilah lain seperti perangai, karakter, unggah-ungguh(bahasa jawa), sopan santun, etika moral. Padahal istilah akhlak secara konseptual sebenarnya memiliki pengertian khusus, terlebih jika ditinjau dari asal-usul katanya. 
Akhlak merupakan bentuk jamak dari kata khuluq yang bermakna adat kebiasaan, perangai, tabi’at, watak, adab atau sopan satun dan agama. Di dalam Al-Qur’an, penggunaan kata khuluq disebutkan sebanyak satu kali, kata akhlak tidak pernah digunakan dalam Al-Qur’an kecuali untuk menunjukkan pengertian “Budi pekerti”. Dalam memberikan makna atau arti akhlak, Rosihin Anwar mengutip perkataan Fauruzzabadi yaitu “ Ketahuilah, agama pada dasarnya adalah akhlak. Barang siapa memiliki akhlak mulia, kualitas agamanyapun mulia. Agama diletakkan di atas empat landasan akhlak utama, yaitu kesabaran, memelihara diri, keberanian dan keadilan.”   Ibnu Miskawaih dan Imam Al Ghazali mendefenisikan akhlak sebagai sifat yang tertanam dalam jiwa yang mendorongnya untuk melakukan perbuatan tanpa memerlukan pemikiran dan pertimbangan. Menurut ‘Abdullah al-Makki, akhlak Islam adalah sifat dari ketentuan hidup yang baik dan cara berinteraksi dengan manusia. Akhlak dalam pandangan Islam merupakan himpunan prinsip-prinsip dan kaidah-kaidah yang sistematis untuk diterapkan pada sifat manusia yang telah digariskan agar digunakan dalam kehidupan manusia serta untuk mencapai kesempurnaan manusia. Akhlak juga terbagai kepada dua macam yaitu akhlak terpuji dan akhlak tercela. Akhlak terpuji dinamakan akhlak alkarimah (akhlak mahmudah). Sedangkan akhlak tercela dinamakan akhlak mazmumah Seseorang yang memiliki akhlak terpuji dan tercela karena dipengaruhi oleh hati (al-qalb) terdapat pada sanubari yang terdalam. Jelasnya, perbuatan terpuji dan tercela dalam lingkup akhlak bukan didasarkan pada pertimbangan akal, tradisi atau pengalaman, tetapi karena bisikan hati nurani yang ada pada setiap orang itu sendiri. Dari penjelasan tentang akhlak, dapat ditarik suatu pengertian yang lebih jelas, bahwa akhlak memiliki makna yang lebih luas dan mendalam. Dan perbuatan baik dan buruk dalam ilmu akhlak bersandarkan dari agama Islam yaitu Al-Qur’an dan Hadis bukan dari akal pikiran atau dari teori filsafat.

2. Pengertian Etika
Etika berasal dari bahasa Yunani “ethos” dalam bentuk tunggal yang berarti berarti kebiasaan. Etika merupakan istilah lain dari akhlak atau moral, tetapi memiliki perbedaan yang substansial karena konsep akhlak berasal dari pandangan agama terhadap tingkah laku manusia yaitu konsep etika pandangan tentang tingkah laku manusia dalam perspektif filsafat, sedangkan konsep moral lebih cenderung dilihat dari perspektif sosial normative dan ideologis.
Dalam bentuk jamak (ta etha) artinya adalah adat kebiasaan. dan arti terakhir inilah menjadi latar belakang bagi terbentuknya istilah “etika” yang oleh filsuf Yunani besar Aristoteles (284-3220) sudah dipakai menunjukkan filsafat moral. Jadi, kita membatasi diri pada asal-usul kata  ini, makna “etika” yang berarti ilmu tentang apa yang biasa dilakukan atau ilmu tentang adat kebiasaan. Kemudian, Ahmad Amin dalam Mudhlor Ahmad memperjelas pengertian etika dengan berpendapat bahwa etika adalah “Ilmu yang menjelaskan arti baik dan buruk, menerangkan apa yang seharusnya dilakukan seseorang kepada sesama, menyatakan tujuan perbuatan seseorang, dan menunjukan jalan untuk melakukakan apa yang seharusnya dilakukan.” 

3. Pengertian Moral
Kata moral berasal dari bahasa Latin “mores”, kata jamak mos yang berarti adat atau kebiasaan. dalam bahasa Indonesia, moral diterjemahkan dengan arti tata susila. Moral adalah perbuatan baik dan buruk yang didasarkan pada kesepakatan masyarakat. Moral merupakan istilah tentang perilaku atau akhlak yang diterapkan kepada manusia sebagai individu maupun sebagai sosial. 
Menurut Gilligan dan Lawrence a. Blum, moral memiliki keterkaitan dengan kepedulian seseorang dengan yang lainnya. Moral tidak hanya berhubungan dengan tingkah laku, namun juga mengarahkan seseorang untuk dapat berbuat baik kepada orang lain. Moral juga melibatkan jalinan emosi, Pada hakikatnya, moral seseorang sangat berkaitan dengan pengetahuan moral dan moralitas itu sendiri. Jika dikaitkan dengan moralitas atau perbuatan, maka ukurannya adalah dari sisi baik dan buruk. Moral juga lebih bersifat dalam dataran realitas dan  muncul dalam tingkah laku yang berkembang di masyarakat. Dan yang dijadikan barometer moral dalah norma-norma dan adat-istiada yang tumbuh dan berkembang serta berlansung di masyarakat. Moral juga dapat dipahami untuk memberikan batasan terhadap aktivitas manusia dengan nilai (ketentuan) baik dan buruk, serta benar dan salah. Jika dikaitkan dalam kehidupan sehari-hari dikatakan bahwa orang tersebut bermoral, maka orang tersebut tingkah lakunya baik.

4. Pengertian Karakter

Pengungkapan karakter dalam kajian akademik memiliki makna serupa dengan akhlak dan moral serta etika. Namun, ditemukan beberapa pendapat yang menyatakan adanya perbedaan antara karakter, moral dan etika. Oleh karena itu, dalam pembahasan ini akan memfokuskan pada pembahasan mengenai wacana karakter, akhlak, moral dan etika. Dalam KBBI Kemedikbud Edisi V, masing-masing pengertian atau makna dari keempat terminologi tersebut berbeda-beda. Berikut masing-masing pengertinya; pertama, karakter memiliki pengertian “Sifat-sifat kejiwaan, akhlak atau budi pekerti. Kedua, akhlak memiliki pengertian “Budi Pekerti/kelakuan. Kemudian, pengertian moral adalah “Ajaran tentang baik buruk yang diterima umum mengenai perbuatan”. Dan terakhir, makna dari etika adalah “Ilmu tentang apa yang baik dan apa yang buruk dan tentang hak dan kawajiban.”.
Pengertian karakter menurut Thomas Lickona adalah nilai  operatif dalam tindakan. Karakter didapatkan melalui proses seiring sebuah nilai menjadi kebaikan. Selain itu, karakter juga bisa dipahami sebagai suatu disposisi batin yang dapat diandalkan untuk menanggapi sebuah situasi sesuai moral baik. 

5. Pengertian Susila
Susila atau Kesusilaan berasal dari kata susila yang mendapat awalan ke dan akhiran an. Kata tersebut berasal dari Bahasa Sansekerta, yaitu Su dan Sila. Su berarti baik, bagus dan Sila berarti dasar, prinsip, peraturan hidup atau norma. Kata Susila selanjutnya digunakan untuk arti sebagai aturan hidup yang lebih baik.  Orang yang susila adalah orang yang berkelakuan baik, sedangkan orang yang asusila adalah orang yang berkelakuan buruk. Pada pelaku Zina (pelacur) misalnya sering diberi gelar sebagai Tuna Susila. Selanjutnya kata susila dapat pula berarti sopan, beradab, baik budi bahasanya. Dan kesusilaan sama dengan kesopanan. Dengan demikian kesusilaan lebih mengacu kepada upaya membimbing, memandu, mengarahkan, membiasakan dan memasyarakatkan hidup yang sesuai dengan norma atau nilai-nilai yang berlaku dalam masyarakat.

B. Persamaan dan Perbedaan Akhlak, Karakter, Moral, dan Etika
Untuk melihat perbedaan dan persamaan antara akhlak, karakter dan moral dan etika terletak pada tataran esensi akhlak. Maka, akan dikaji perbedaan dan persamaan tersebut berdasarkan asal usul kata, landasan dan ilmu yang terkait dengan keempat terminologi tersebut. Dalam mengkaji pesamaan dan perbedaan akhlak, Rosihin Anwar menjelaskan persamaan dan perbedaan tersebut dari asal kata, landasan dan kedudukan. Menurutnya, ada beberapa persamaan antara keempat terminologi tersebut yaitu pertama, akhlak, etika dan moral mengacu pada ajaran atau gambaran tentang perbuatan, tingkah laku, sifat dan perangai yang baik. Kedua, akhlak, etika dan moral merupakan prinsip atau aturan hidup manusia untuk mengukur martabat dana harkat kemanusiaanya. Semakin tinggi kualitas akhlak, etika, moral dan susila sesorang atau sekelompok orang, semakin tinggi kualitas kemanusiaanya. Sebaliknya semakin rendah kualitas dari ketiga terminologi tersebut pada sekelompok orang, semakin rendah kualitas kemanusiaannya. 
Sementara dalam hal persamaan dan perbedaan Abdul Majid mengartikan etika sebagai ilmu yang menyelidiki mana yang baik dan mana yang buruk sejauh yang dapat diketahui oleh akal pikiran. Menurutnya, tujuan etika dalam pandangan filsafat ialah mendapatkan ide yang sama bagi seluruh manusia di setiap waktu dan tempat tentang ukuran tingkah laku yang baik dan buruk, dan barometernya sejauh yang dapat diketahui oleh akal pikiran manusia. Hal ini karena etika berasal dari teori atau ilmu filsafat bukan agama. Sementara akhlak diberikan pengertian lebih mendalam, karena dalam padangan Islam ilmu akhlak mengajarkan hal baik dan buruk didasari dari ajaran Allah dan Rasul- Nya.Terdapat tiga alasan yang dikemukakan mengapa akhlak lebih mendalam yaitu: Pertama, sumber akhlak adalah Allah dan Rasul-Nya. Kedua, akhlak lebih univesal dan komprehensif. Ketiga, dalam Islam seseorang yang memiliki akhlak yang luhur akan berada dibawah pancaran sinar pentunjuk Allah Swt menuju keridhaan-Nya.Dalam hal persamaan menurutnya, etika moral dan akhlak sama memebahas atau mengajarkan tentang baik dan buruk. 
Sementara dalam hal perbedaan, Rosihin Anwar menjelaskan segi perbedaan yang menjadi ciri khas masing-masing. Pertama, akhlak merupakan istilah yang bersumber dari Al-Qur’an dan al-Sunnah. Menentukan baik dan buruk, layak atau tidak suatu  perbuatan, sifat dan perangai dalam akhlak bersifat universal dan barometer atau ukurannya dari ajaran Allah Swt dan Rasul-Nya. Sementara moral dan etika merupakan flsafat nilai, pengetahuan tentang nilai-nilai dan kesusilaan baik dan buruk.
Intinya dari perbedaan yang dikemukan oleh Roshin Anwar bahwa moral dan etika bersumber dari akal sehat dan hati nurani moral dan etika bersifat temporer dan sangat bergantung pada aliran filosofi yang menjadi suatu paham. Pemaparan tentang perbedaan keempat terminologi ini juga dipekuat oleh Al-Mawardi yang berargumen bahwa Etika adalah suatu ilmu yang mengkaji tentang persoalan baik dan buruk berdasarkan akal pikiran manusia. Sedangkan moral adalah suatu hal yang berkenaan dengan baik dan buruk dengan ukuran tradisi dan budaya yang dimiliki seseorang atau sekelompok orang. 
Berbeda dengan etika dan moral, akhlak adalah bagian yang membicarakan masalah baik dan buruk dengan ukuran wahyu atau Al-Qur’an dan hadis. Akhlak adalah sikap atau prilaku baik dan buruk yang dilakukan secara berulang-ulang dan diperankan oleh seseorang tanpa disengaja atau melakukan pertimbangan terlebih dahulu. Akhlak yang terpuji dinamakan akhlakal karimah (akhlak mahmudah). Sedangkan, akhlak buruk atau tercela dinamakan akhlak mazmumah. 
Lebih lanjut, Al-Mawardi juga mengatakn bahwa seseorang akan berakhlak baik atau sebaliknya karena dipengaruhi oleh hati (al qalb) yang ada pada sanubari yang terdalam. Artinya, bahwa perbuatan baik atau buruk dalam kategori akhlak bukan didasarkan kepada pertimbangan akal, tradisi atau pengalaman, tetapi karena bisikan hati sanubari yang ada pada setiap orang itu. Menurut Ibn Arabi yanag uga dikutif oleh Al- Mawardi, dorongan untuk melakukan perbuatan baik atau sebaliknya adalah karena pada diri seseorang itu terdapat tiga model nafsu, yaitu nafsu syahwaniyyah, nafsu ghadabiyyah, dan nafsu anhathiqah.
Tak hanya itu, menurut Al-Mawadi, dan Rosihin Anwari jika membahas ilmu akhlak, maka akan juga terkait dengan ilmu-ilmu seperti akhlak tasawuf ilmu tauhid, psikologi, dan ilmu pendidikan. Terkait dengan akhlak, Imam Al-Ghazali dalam studi Ahmad Hifdzil Haq memberikan standar kriteria terhadap akhlak. Menurut keduanya akhlak harus menetap dalam jiwa dan perbuatan. Kemudian akhlak itu muncul dengan mudah tanpa memerlukan pemikiran terlebih dahulu. Kedua hal ini menurutnya memiliki korespondensi satu sama lain dalam menciptakan suatu perbautan. Jika dilihat dari pemikiran Al-Ghazali ini seseorang yang memiliki akhlak yang baik sudah tentu memiliki jiwa dan perbuatan yang baik .
 Adapun moral bersifat relatif, dinamis, dan nisbi karena merupakan pemahaman dan pemaknaan manusia melalui elaborasi ijtihadnya terhadap persoalan baik dan buruk demi kesejahteraan hidup manusia di dunia dan kebahagiaan hidup di akhirat. Sedangakan karakter adalah prilaku seseorang yang berorientasi pada sikap yang khas dan telah melekat pada diri seseorang. Perbedaan lain, bahwa dalam karakter dan moral penilaian baik dan buruk berdasarkan pedapat akal dan dan pikiran manusia dan nilai-nilai yang berlaku umum di masyarakat, namun pada akhlak ukuruan yang digunakan untuk menentukan baik dan buruk itu adalah Al-Qur’an dan Hadis.
Selain itu, berbicara tentang akhlak, maka akan terkait bukan hanya sebatas teori keilmuan perbuatan baik dan buruk, lebih dalam lagi kita juga akan mengetahui lebih dalam tentang kaitan-kaitan akhlak ini dengan ilmu-ilmu yang terkait dengannya. Hal ini bisa dilihat dari pernyataan Al-Ghazali yang meletakkan ilmu sebagai kriteria awal tentang baik dan buruknya akhlak. Dia juga mengaitkan antara akhlak dan pengetahuan, yang mana hal ini juga dilakukan oleh Al-Farabi dan dan Ibnu Miskawaih. Selain itu terkait dengan ilmu akhlak, di dalam banyak literasi akhlak memiliki kedudukan atau posisi yang sangat penting yaitu sebagai salah satu rukun agama Islam. Pernyataan ini Rasulullah Saw pernah ditanya, “Beragama itu apa?” Beliau menjawab, “Berakhlak yang mulia.”  Hal inilah yang menunjukkan bahwa pentingnya kedudukan akhlak dapat dilihat dari sumber akhlak itu sendiri yaitu wahyu. Sementara moral senantiasa bersifat dinamis, berubah-rubah sesuai dengan perkembangan kondisi, situasi dan tuntutan manusia. Moral juga moral sebagai aturan baik buruk yang didasarkan kepada tradisi, adat budaya yang dianut oleh sekelompok masyarakat juga bertujuan untuk terciptanya keselarasan hidup manusia. Dalam hal persamaan, jika dilihat dari fungsi dan dan peranan masing-masing bahwa karakter,akhlak, moral dan etika keempat terminologi ini sama-sama berorientasi kepada tingkah laku seseorang dengan tataran baik dan buruk, dan menghendaki terciptanya keadaanmasyarakat yang baik, teratur, aman dan tentram.
Dalam kaitannya dengan karakter, moral merupakan fondasi dasar yang harus dimiliki seseorang untuk mencapai karakter yang baik. Sebagaimana Thomas Lickona mengatakan bahwa dalam karakter baik pada diri seseorang terdapat tiga komponen di dalamnya, yaitu: pengetahuan moral, perasaan moral dan tindakan moral. Ketiga komponen tersebut saling berhubungan antara satu dengan yang lainnya. Makna karakter juga lebih kepada sifat yang telah tertanam yang telah menjadi ciri khas pada diri seorang yang berhubungan dengan kebiasaan (habituation). 

C. Perbuatan Baik dan Perbuatan Buruk
Istilah baik dan buruk dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, baik memiliki makna sesuatu yang elok, patut, dan teratur sedangkan kebaikan merupakan sifat-sifat baik atau perbuatan baik.  Istilah buruk dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia eiliki makna rusak dan jelek, sedangkan istilah keburukan memiliki makna sifat-sifat buruk atau perbuatan buruk.
Secara umum, baik dan buruk memiliki makna yang beragam. Pertama, perbuatan baik yang memiliki hubungan dengan kesempurnaan. Dalam hal ini disebut baik jika segala sesuatu tindak lakunya dikerjakan secara sempurna. Kedua, perbuatan baik adalah perbuatan yang menjadikan pelakunya merasa puas dan senang di dalam semua tindakan yang dikerjakannya. Ketiga, perbuatan baik adalah perbuatan yang memiliki nilai kebenaran dan dapat memberikan rahmat dari apa yang telah dilakukan.
Sedangkan perbuatan buruk memiliki arti yang sebaliknya dari perbuatan baik. Pertama, perbuatan buruk adalah perbuatan yang tidak memiliki kesempurnaan di dalam mengerjakannya. Kedua, perbuatan buruk adalah perbuatan yang menimbulkan rasa tidak senang dan tidak puas dalam melakukannya. Ketiga, perbuatan buruk adalah perbuatan yang tidak memiliki kebenaran dan tidak dapat memberikan rahmat. Bahkan pelakunya melakukan sesuatu yang keji, tidak diterima oleh orang lain, dan tidak memiliki moral.1 Dari beberapa pengertian baik dan buruk dapat disimpulkan bahwasanya perbuatan baik adalah apabila sesuatu tersebut dapat memberikan kesenangan, kepuasan, kenikmatan, kepantasan, kepatutan, dan kesempurnaan sesuai dengan apa yang telah diharapkan. Sedangkan perbuatan buruk adalah apa yang dinilai sebaliknya dari perbuatan baik. 


BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Akhlak merupakan himpunan prinsip-prinsip dan kaidah-kaidah yang sistematis untuk diterapkan pada sifat manusia yang telah digariskan agar digunakan dalam kehidupan manusia serta untuk mencapai kesempurnaan manusia. Etika adalah Ilmu yang menjelaskan arti baik dan buruk, menerangkan apa yang seharusnya dilakukan seseorang kepada sesama, menyatakan tujuan perbuatan seseorang, dan menunjukan jalan untuk melakukakan apa yang seharusnya dilakukan. Moral adalah perbuatan baik dan buruk yang didasarkan pada kesepakatan masyarakat. Karakter memiliki pengertian sifat-sifat kejiwaan, akhlak atau budi pekerti. Kata Susila adalah sebagai aturan hidup yang lebih baik
2. Melihat perbedaan dan persamaan antara akhlak, karakter dan moral dan etika terletak pada tataran esensi akhlak. Maka, semua itu dikaji perbedaan dan persamaan tersebut berdasarkan asal usul kata, landasan dan ilmu yang terkait dengan keempat terminologi tersebut.
3. Perbuatan baik adalah apabila sesuatu tersebut dapat memberikan kesenangan, kepuasan, kenikmatan, kepantasan, kepatutan, dan kesempurnaan sesuai dengan apa yang telah diharapkan. Sedangkan perbuatan buruk adalah apa yang dinilai sebaliknya dari perbuatan baik.

DAFTAR PUSTAKA
Mustaqim, Abdul. Akhlak Tasawuf. Yogyakarta: Kaukaba  Dipantara, 2013.

Anwar, Rosihin. Akhlak Tasawuf. Bandung: Pustaka Setia, 2010.

Ahmad, Beni. Ilmu Akhlak. Bandung: Pustaka Setia, 2010.

Mokh. Sya’roni, Etika Keilmuan. Sebuah Kajian Filsafat Ilmu, Jurnal Teologia. Vol.25, No.1,
2004.

Al Mawardi, Etika, Moral dan Akhlak. Jurnal Fakultas Pendidikan Agama Islam Politeknik
Negeri Lhokseumawe, 2013.

Nata, Abuddin. Akhlak Tasawuf dan Karakter Mulia. Jakarta: Rajawali Pers, 2014.

Majid, Abdul dan Dian Andryani, Pendidikan Karakter Perspektif Islam. Bandung: PT
Remaja Rosda Karya, 2011.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar